Laman

Selasa, 05 Agustus 2014

Menghambat Nestapa

Tertegun malu akan sebuah pilihan
Menunggu kereta yang tak akan datang
atau terus berenang dalam kubangan lumpur

Ku mencoba beranjak meski terus terinjak
Ku mencoba berjuang meski masih terbuang

Aku ingin meledak
Seperti bom waktu ku terkucil
Lalu bau kematian tertiup angin yang kibarkan bendera setengah tiang
Aku bisa puas namun tak berharga

Aku ingin meledak
Seperti bom waktu ku terusik
Rasanya seperi sampah


Rabu, 09 Juli 2014

Senyumku tak berdaya untuk semua
Tidak juga kau
Tangisku sengsarakan aku

Meski ribuan cinta mengoyak hati
Akulah pengecutnya
Bukan kau

Aku terjang badai  yang mati
Di atas gurun gersang

Biar mulut mereka bicara
Tulikanlah telinga
Butakanlah mata
Agar hati tetap terpenjara

Sementara engkau membeku
Dalam sepinya cintaku

Seperti mengarungi samudera
Dengan dayung dan sampan
Aku miskin
Namun tekadku lebih luas dari samudera
Dan masih terus mendayung

Minggu, 29 Juni 2014

Aku tak Peduli

Dekat seperti tidak ada
Ada, mungkin tak berguna
Tidak ada jadi merdeka
Sepi menjadi sunyi

Hidup hanya meratapi dinding
yang penuh coretan
dari kertas hati yang kian bersih

Biarlah melangkah
Walau tanpa tujuan, waktu, atau papun itu
Aku ingin tersesat dan hilang

Pedulikah air mata pada mata air yang penuhi telaga

Jumat, 27 Juni 2014

Oleh Mereka Aku ini apa ?

Oleh mereka aku ini apa ?
Pengusaha, pejabat, ataukah Presiden
Mungkin hanya gelandangan yang belum makan 3 hari

Oleh mereka aku ini apa ?
Tokek, biawak, ataukah buaya
Mungkin hanya seekor cicak yang tiadak bisa merayap di dinding
Dan hanya bisa memutuskan ekornya

Oleh meraka aku ini apa ?
Kotoran, bangkai, ataukah sampah plastik
Mungkin hanya mungkin hanya ludah yang kalian buang

Terkadang aku terbuang
Terkadang aku tidak dibutuhkan
Terkadang aku hanyalah sampah
Namun kata terkadang berganti menjadi "selalu"

Selasa, 17 Juni 2014

Hutan Bambu part 1

Deburan ombak menyisir tepiannya
Halimun menyelimuti hutan bambu
Saat mentari mulai mengintip
Namun dewi malam malu untuk pulang


Hembusan demi hembusan angin
Membelai pucuk-pucuk daun bambu nan mungil
Bersama kicauan burung yang menggugah
Ke depan dan ke belakang
Pohon-pohon bambu mulai mengikuti siulan mereka

Jalan setapak pun tak lekang dari mandi paginya
Oleh ribuan embun
Bersama tutur sesepuh
Kunikmati secangkir kopi
Di bawah puluhan rumput raksasa nan rindang


Kamis, 05 Juni 2014

Belati Berkarat

Tak kira kau tusuk dari belakang
Tak kira kau tikam jantung
Tak kira kau sayat nadi

Kau memang tua
Dan kau lebih ganas di masa tuamu
Tumpul namun kejam
Beringas ujung matamu

Kau sudah tak guna bagiku
Namun kau masih mencoba mengoyakku
Dasar belati tua !!!

Minggu, 25 Mei 2014

Pengecut

Wajahmu harus kuludahi
Rambutmu harus kujambak
Matamu harus kucongkel

Namun apa daya
Ku hanya mampu memandangimu dari jauh
Bibir mungil dan mata bersinar
di bawah balutan jilbab

Ku sampaikan seribu kata indah
Agar kau mengerti isi hatiku
yang tak mampu menyentuh bahkan merabamu

Bukan maksudku membingungkanmu
Hanya penasaran
Seperti mancari jarum dalam jerami
Namun sudah sedekat nyawa

Pergi jika kau mau pergi
Aku sudah tak sanggup
Aku sudah tak berani
Meneruskan dayungan perahu ke pulau itu
Mustahil

Selasa, 06 Mei 2014

Bintang-Bintang Jatuh

Miliaran bintang berdebur
Menjadi ombak yang bergulung-gulung
Awan gemawan bergelora
Meluap-luap menjadi buih samudera
Warna pelangi berguguran
Kembali menjadi titik-titik air
Bersembunyi di balik halimun hingga senja

Kamis, 10 April 2014

analisis film

Tanah Surga Katanya

Film ini memuat tentang perjuangan penduduk perbatasan yang jauh dari kata kecukupan namun dari semua kekurang yang ada seorang kakek memiliki rasa nasionalisme terhadap negeri ini mengajarkan pada cucunya.Semua warga yang hidup di sana selalu kekurangan entah ituperwatan, pendidikan, maupun rumah yang tidak layak bahkan belum ada listrik. Film ini dikemas sedikit jenaka namun memiliki makna yang berguna.
 
Nilai yang dapat diambil dari film ini adalah pemerintah Indonesia belum sepenuhnya melakukan pemerataan pembangunan. Berbeda dari malaysia sudah merata hingga pelosok perbatasannya. Bahkan Indonesia tidak sedikit masyarakat di sana berpindah kewarganegaraan demi memenuhi kebutuhannya masing masing. Hanya masyarakat yang  memiliki nasionalisme tinggi yang dapt berjuang di sana.

Tujuan yang dapat kita ambil dari film tersebut adalah pemerintah harus lebih bekerja keras demi meratanya pembangunan di seluruh penjuru tanah air. Juga untuk masyarakat harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi karena keada kita lebih baik dari mereka yang ada perbatasan dan jauh dari kata cukup.

Minggu, 06 April 2014

Penantian Pada Senja

Sore itu matahari bermandikan lembayung merah
Menemani dalam akhirku
Terlihat bintang-gemintang yang malu
Namun menguntai senyum padaku
Deburan ombak menyisir pantai
Berseru bersama hembusan angin menyejukkan
Suling bambu anak gembala semakin menengelamkanku
Hingga mata ini tak dapat bersinar kembali. . .

Selasa, 25 Maret 2014

Potongan Sayap Putih

Tegap menghujan tuk ketegaran
Rintih demi rintih tersanjung di atas kertas
Seakan mengubah angin menjadi topan

Telah patah sayap - sayap ini
Gugur bulu - bulu putih nan suci
Tak berguna lagi semua

Sudah tak dapat terbang bebas mengangkasa
Menyusuri cakrawala
Menyapa lembayung senja
Menerawang gemerlapnya fajar


Senin, 24 Februari 2014

Tiada Judul

di bawah genting ini tertulis syair
berbalut rintik air hujan yg seolah menyampaikan jeritan dalam hati 
yang tak mampu terucapkan oleh kata
namun nyata oleh hati

mungkin hanya lewat secarik kertas ini aku mengadu
tentang hati yang tertikam belati
darah yang bercucur dendam

kata-kata ini tersusun 
kata yang tak berharga namun penuh makna

Senin, 10 Februari 2014

Air Mata Reruntuhan

Masih terdengar isak tangis di sana
Dimana terhampar kehampaan
Dan kaki-kai kuda yang patah
Karena cambuk penunggangnya

Air mata itu mengalir lagi
Jernih namun menyakitkan
Suci namun menyesakkan
Seperti mata air di gua nan dalam

Gerbang ini telah dibuka
Dan cahaya sudah mulai melawan gelap
Meskipun udara masih tak bersahabat

Lupakanlah duri yang pernah kau genggam
Terbanglah bersamaku

Selasa, 04 Februari 2014

Jalan Cahaya

Meskipun aku berjalan dalam kegelapan namun aku dapat melihat cahaya dan meskipun aku belum dapat melihat cahaya itu secara jelas, aku yakin cahaya itu dapat menerangi jalanku.


Selasa, 28 Januari 2014

Bangku Taman


Masih terlihat jelas dalam benakku
Bangku panjang nan usang ini
Yang basah karena embun pagi

Waktu itu ku temani kau
Dalam isak airmata yang perih
Dan ucapnmu yang sesakkan hati
Karena goresan perasaan
Dalam tenang ku usap air matamu
Kututup goresan perihmu
Dengan semua harapanku

Namun semua itu tak bertahan lama
Hingga kau pulang. . .

Air Mata Dalam Angin

Dalam sepi kau tinggalkan senyum ini sendiri
Dalam sunyi kau teteskan bulir-bulir embun
Hentikan gurauanmu yang terpaksa itu

Hembusan angin halus t'lah hempaskanku
Terbang bersama kesedihanmu

Seruling bambu mengiringi kepergianku
Alunannya seakan merdu
Pada dunia yang fana ini

Kerpakan sayap-sayap merpati mengusir
Mendampingi tuk kembali
Meninggalkan kebencian dan penyesalan
Kuteteskan air mata ini
Tuk temanimu dalam terpaan angin

Jumat, 24 Januari 2014

Menyambut Pagi


Langit fajar yang hening
Tampak bintang-gemintang memenuhi semesta
Terlihat dari celeh-celah gunung-gunung itu
Gemerisik dedaunan di pohon rindang yang tertiup angin
Menimbulkan suara mendesah

Kala pandanganku kulempar jauh ke ufuk
Tuk amati bintang-gemintang yang berkilauan
Cahayanya laksana bola-bola lampu di atas langit
Sinarnya yang redup menyinari seluruh manusia
Baik bertakwa maupun durhaka
Baik pendosa maupun teraniaya
Baik alim maupun zalim
Semuanya sama pada pandangan langit
Juga pada pandangan yang tersembunyi
di balik ufuk nan jauh di sana

Tiupan angin mulai meresah diantara bulu-bulu kulit
Rembulan pun sudah turun di balik ufuk
Satu persatu bintang mulai padam
Menghilang di angkasa sana

Seketika ufuk tempatmatahari bangkit memerah
Cahayanya menyibak kegelapan malam
Menyongsong indahnya pagi

Sekelompok kabut dingin menyelimuti sekitar
Tetesan embun yang mebasahi dedauan hijau
Bersamaan dengan mekarnya bunga warna-warni
dan Kicaunan burung yang saling bersahutan
Meninggalkan kesunyian malam
Menyambut pagi dengan senyuman
Sejenak menghirup kebebasan alam

Kamis, 09 Januari 2014

Ditelan Kabut






Tenang berdiri saat kabut datang
Embun suci tergelincir di atas daun 
Mengalir bersama jiwa yang damai
Menembus tebalnya kabut yang membutakan mata
Pergi dan tak kembali, berjalan ke depan tanpa menengok ke belakang
Hanya tangisan rintih yang terdengar
Dingin menerkam ke dalam tulang
Burung - burung mulai bernyanyi saat kabut pudar