Laman

Senin, 10 Februari 2014

Air Mata Reruntuhan

Masih terdengar isak tangis di sana
Dimana terhampar kehampaan
Dan kaki-kai kuda yang patah
Karena cambuk penunggangnya

Air mata itu mengalir lagi
Jernih namun menyakitkan
Suci namun menyesakkan
Seperti mata air di gua nan dalam

Gerbang ini telah dibuka
Dan cahaya sudah mulai melawan gelap
Meskipun udara masih tak bersahabat

Lupakanlah duri yang pernah kau genggam
Terbanglah bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar